Waspada Peretasan Karena Malas Buat Kata Sandi

Jakarta, 03/09 - Dalam dunia digital, fungsi kata sandi atau password sangat vital. Rangkaian kata itu ibarat gembok yang mengunci pagar, jika gembok lemah maka pagar akan mudah terbuka. Begitu juga dengan kata sandi, jika mudah ditebak maka akses digital kita dapat dimasuki orang lain. Akan menjadi bencana jika yang diterobos adalah akses finansial kita, meski bukan berarti akses lainnya tidak penting.

Seperti dilansir oleh GoodStats, pada 2024 lalu di Indonesia terdapat 21 juta akun email yang berhasil dibobol oleh peretas, atau tertinggi ke-3 di ASEAN. Sebanyak 30% dari korban pembobolan akun email itu karena konfigurasi kata sandi yang terlalu lemah sehingga mudah untuk ditebak. Sebagian orang cenderung malas mencari kata sandi dengan alasan takut lupa atau terlalu banyak akun.

Padahal itulah kunci utama penyebab pembobolan akun pribadi. Peretas cuma butuh waktu 2 jam kata sandi dengan 5 kombinasi karakter baru. Bahkan, kata sandi yang lemah dan sangat umum dapat diretas dalam waktu 1 detik saja. Segera ganti kata sandi Anda jika menggunakan konfigurasi berikut; “123456”, “Qwerty”, “password”, “bismillah”, atau “rahasia”, karena itu template kata sandi yang pertama kali dicoba oleh peretas.

Beberapa tips kata sandi agar sulit untuk diretas:
1. Hindari hal yang berhubungan dengan nama asli dan tanggal lahir pemilik akun
2. Gunakan konfigurasi simbol seperti #, @, *, atau & agar lebih sulit dikenali
3. Gunakan tanda baca sebagai opsi tambahan seperti !, ?, atau /
4. Bedakan penggunaan kata sandi untuk akun-akun digital seperti email, mobile banking, atau media sosial
5. Jika khawatir lupa, manfaatkan layanan pengelola kata sandi (password manager)
6. Aktifkan Two Factor Authentication sehingga jika seseorang masuk ke akun Anda, maka dapat segera dideteksi dan ditangani sejak dini
7. Ganti kata sandi secara berkala agar sulit untuk diretas, idealnya setiap 3 bulan sekali

Memakai kata sandi yang lemah sama saja dengan mengundang peretas untuk masuk ke dalam akun pribadi kita. Risikonya bukan cuma data pribadi yang bocor, tapi bisa sampai pada kerugian finansial. Bahkan, jika kita berstatus sebagai pegawai, bisa jadi informasi terkait perusahaan tempat bekerja juga ikut bocor. Mari menjadi pribadi yang lebih peka terhadap keamanan siber agar keamanan data jadi lebih terjamin.